Minggu, 09 Agustus 2009

Penggunaan energi alternatif saat Brooding

BEBERAPA JENIS PENGGUNAAN ENERGI ALTERNATIF SELAIN MINYAK TANAH DAN GAS SEBAGAI PEMANAS PADA BROODING (disadur dari majalah poultry Indonesia)



PENDAHULUAN


Pemakaian minyak tanah sebagai pemanas untuk brooding mendominasi kurang lebih 75% peternak di Indonesia. Alasannya sangat masuk akal karena harga minyak tanah subsidi sangat murah dan mudah didapat. Selain itu, investasi peralatan pun relatif murah, karena pemkaiannya cukup banyak sehingga banyak usaha skala home industri yang memproduksi alat pemanas dengan bahan bakar minyak tanah (semawar) sebagai sarana penunjang produksi peternakan unggas khususnya ayam. Bila subsidi minyak tanah ditarik, maka 75% peternak ayam khususnya pedaging harus mencari alternatif lain yang tentunya tidak menambah biaya yang saat ini sudah sangat berat.

Demikian pula dengan pemakaian gas. Gas sebenarnya paling mudah digunakan, hampir semua breeding farm menggunakan bahan bakar gas sebagai pemanas untuk brooding. Sebagian besar peternak layer dengan skala menengah dan besar juga meyakini bahwa gas paling aman digunakan sebagai pemanas pada brooding. Pemakaian gas untuk brooding mudah dalam pengoperasian, temperatur dapat diatur, menyalakan dan mematikannya juga mudah. Namun pada awal investasi peralatannya mahal, berikutnya dengan harga gas industri 50 Kg mendekati Rp. 400.000/tabung maka beban yang akan dipikul peternak semakin berat. Untuk mensikapi hal yang demikian peternak dituntut untuk kreatif dalam memilih bahan bakar alternatif untuk masa brooding selain minyak tanah dan gas. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang masalah briket batubara dan penggunaannya dalam masa brooding .


BAHAN BAKAR ALTERNATIF

  1. KAYU BAKAR

Kelemahan dari penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar pemanas adalah emisi atau sisa gas pembakaran yang sangat besar yang bisa menghambat pertumbuhan ayam. Disamping itu temperaturnya susah dikontrol.

  1. BRIKET BATUBARA

Briket batu bara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu yang tersusun dari partikel batubara halus yng telah mengalami proses pengolahan dengan daya tekan tertentu agar lebih mudah dalam pemanfaatannya.


PROSES PEMBAKARAN

TAHAPAN PEMBAKARAN PADA BRIKET BATUBARA


Urutan tahapan proses pembakaran briket batubara dalam tungku berlangsung dalam 4 tahapan

  1. Tahap pengeringan

Pada tahap ini dimulai dari memberikan panas pada briket di dalam tungku untuk menguapkan sejumlah air. Ketika suhu telah mencapai 100oC kandungan air yang terkandung dalam briket akan menguap (karena suhu didih air adalah 100oC) dan pada saat itu pula terjadi pengeringan briket.

  1. Tahap pembakaran zat terbang

Dengan terus bertambahnya suhu maka zat terbang akan terbakar. Pada pembakaran zat terbang ini dibutuhkan udara yang cukup. Zat terbang bercampur dengan oksigen akan menghasilkan nyala api. Pembakaran zat terbang setelah nyala api dipengaruhi oleh udara yang berasal dari lubang udara sekunder.

  1. Tahap pembakaran karbon padat

Pada tahap ini panas yang dihasilkan mencapai suhu tertinggi, karena karbon dan zat terbang sisa adalah kandungan utama/terbesar dari briket. Kurang lebih 60% dari waktu pembakaran briket adalah waktu untuk membakar karbon. Nilai panas briket terutama dihasilkan oleh karbon padat.

  1. Pada tahap terakhir dari pembakaran briket menunjukkan sedikit pembakaran sisa karbon dari abu tersebut. Pada tahap ini pula terjadi penurunan suhu karena habisnya zat-zat terbakar, maka akan menghasilkan abu pada akhir pembakaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran pada briket batubara

  1. Kualitas briket
    1. Kadar air

Dengan kadar air (moisture content) yang terlalu tinggi akan sangat berpengaruh terhadap pembakaran karena panas yang dihasilkan oleh briket akan menguapkan air terlebih dahulu. Untuk setiap 1% kadar air akan kehilangan panas sebanyak 9,6 Kcal/Kg.

    1. Zat terbang (volatil matter)

Bila zat terbang yang dimiliki semakin tinggi maka akan semakin baik pembakarannya, lidah api makin panjang dn pembakaran semakin baik.

    1. Karbon tertambat (fixed carbon)

Sebagian besar pembakaran briket adalah pada tahap pembakaran karbon tertambat ini. Karbon tertambat akan bereaksi dengan udara (O2) dan menghasilkan panas.

    1. Belerang (sulfur)

Walaupun belerang ini dapat terbakar dan menghasilkan panas, tetapi unsur ini harus sekecil mungkin, karena belerang yang tinggi dapat mencemari ligkungan seperti asap dan bau menyengat.

  1. Kondisi pembakaran
    1. Jumlah udara harus mencukupi

Dalam reaksi pembakaran jumlah udara sangat diperlukan untuk melakukan reaksi antara bahan yang mudah terbakar dengan oksigen.

    1. Temperature ruang pembakaran

Temperature pembakaran harus tinggi karena briket merupakan bahan bakar padat sehingga dalam penyalaan awal harus didukung oleh temperature yang tinggi (penyulut). Setelah mendapatkan panas yang cukup untuk dapat terbakar maka briket tersebut akan terbakar sendiri.

    1. Kontak antara briket dan udara

Untuk medapatkan hasil pembakaran yang sempurna, kontak antara briket dan udara harus djaga. Jika kontak antara kedua zat tersebut kurang maka pembakaran tidak akan sempurna. Hal ini dipengaruhi oleh lubang-lubang udara pembakaran dan cara menyusun briket.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas briket batubara

Dalam pemakaian briket diperlukan kualitas briket untuk dapat menghasilkan pembakaran yang baik dan bersih dari emisi juga tidak mudah hancur.

  1. Ukuran butir

Ukuran butir mempengaruhi proses pembakaran karena ukuran butir semakin halus akan semakin memperbesar bidang sentuh pada permukaan sehingga kontak langsung dengan udara akan semakin baik dan reaksi berlangsung dengan cepat.

  1. Kuat tekan dan perekatan

Kuat tekan dan perekatan yang rendah akan menyebabkan briket mudah hancur dalam proses pemindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain atau juga dalam proses bongkar muat.

  1. Bahan pencampur / imbuhan

Bahan imbuhan yang baik dan seimbang akan menurunkan pencemaran/emisi seperti kadar belerang dalam pembakaran batubara. Disamping itu dengan adonan yang baik dan bahan imbuhan dengan jumlah tepat, akan meningkatkan kualitaas briket seperti pembakaran dan kekuatan tekan sehingga briket tidak mudah hancur.

















JENIS BRIKET YANG UMUM DIGUNAKAN

Bedasarkan proses pembuatannya, secara umum briket batubara dibagi dua, yaitu terkarbonasi dan non karbonasi.


Briket batubara terkarbonasi

Proses karbonasi ini melalui penggarangan dengan memasukkan batubara pada suhu antara 550-600oC selama 5-6 jam, dimana hasil yang diperoleh dari penggarangan hanya sekitar 50% dari berat awal. Proses karbonasi perlu dilakukan apabila bahan baku yang digunakan batubara peringkat rendah seperti lignit atau sub bituminus. Tujuan dari proses karbonasi adalah menaikkan kadar karbon padat dan menghilangkan sebagaian zat terbang (volatil matter) sehingga dihasilkan semi kokas dengan kandungan zat terbang yang ideal 8-15 % dengan nilai kalori yang cukup tinggi diatas 6000 Kcal/Kg.


Briket batubara non karbonasi

Idealnya dibuat dari batubara peringkat terbaik seperti antrasit/ semi antrasit. Pembriketan dapat dilakukan tanpa melalui proses karbonasi. Batubara yang telah digerus dengan ukuran tertentu dicampur dengan bahan pengikat dan bahan imbuhan untuk kemudian dilakukan pencetakan.

Spesifikasi briket batubara untuk pemanas pada brooding

  1. Mudah dalam penyalaan
  2. Tidak mengeluarkan asap yang berlebihan dan tidak berbau
  3. Emisi gas tidak mengandung racun
  4. Secara fisik harus kuat atau tidak mudah pecah untuk memudahkan dalam penanganan dan pengangkutan sampai radius 400 km
  5. Kedap air dan tidak berjamur atau tidak mengalami degradasi jika disimpan dalam kurun waktu yang lama
  6. Menunjukkan hasil pembakaran yang baik (durasi pembakaran, laju pembakaran dan suhu puncak pembakaran).


Pemakaian briket batubara dalam brooding

Sesuai karakteristik dari briket batubara dimana ada tahap-tahap pembakaran briket batubara dari penyalaan pembakaran zat terbang sampai pembakaran karbon maka setting harus benar-benar diperhatikan. Pola setting tidak sama dengan pemanas semawar maupun gasolec yang temperaturnya konstan. Panas yang dihasilkan oleh briket batubara pada penyalaan awal dan pada tahap mendekati sisa pembakaran, panas yang dihasilkan tidak maksimal. Panas maksimal dan konstan terjadi pada saat pembakaran karbon. Sehingga keberhasilan brooding dengan pemanas briket batubara terletak pada :

- setting brooding

- penyalaan, baik cara penyalaan dan waktu penyalaan


jumlah briket yang dibutuhkan untuk 1200 ekor adalah 192 Kg (160 kg/1000 ekor), pada dataran rendah dan keadaan cuaca stabil. Pada daerah-daerah ekstrim dingin atau pada cuaca tidak normal (musim penghujan) perlu disesuaikan dengan cuaca dan temperature setempat.

Asumsi :setting brooding untuk 1200-1500 ekor DOC, jumlah pemanas 2 tungku utama dan 1 tungku cadangan (total 3 buah tungku)



0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India